Selasa, 13 April 2010

VISIL

Di sebuah kota yang terlupakan semua orang beramai-ramai menyanyikan lagu-lagu kematian, karena mendengar desas-desus akan datang makhluk yang belum ditemukan di jagat raya ini. Di malam itu penduduk kota sangat ketakutan, tiba-tiba datanglah sesosok yang sangat menakutkan dia mempunyai mata tiga dan yang lebih menakutkan lagi dia memiliki alat kelamin di bagian dada serbanyak sepuluh buah, lima buah alat kelamin perempuan, lima buahnya lagi alat kelamin laki-laki, rambutnya pun gimbal mengluarkan cairan yang mirip sperma dan baunya pun seperti tempat pembuangan kotoran babi. Orang-orang terkejut melihat sosok yang tidak jelas wujudnya itu.
Dia menamakan diri Visil, ya Visil akronim yang mempunyai arti. Visil muak pada orang-orang jorok apalagi manusia yang menjelma menjadi hewan yang merusak lingkungan, salah satu incaran Visil adalah pengusaha yang membuang limbah ke solokan atau ke lingkungan sekitar.
Di malam yang mencekam itu penduduk semakin takut dan memohon pada Tuhan agar diselamatkan dari makhluk aneh itu, ada yang berdoa di mesjid, gereja, dan tempat suci lainnya. Tiba-tiba Visil menghampiri seorang laki-laki yang perawakannya tinggi besar dan perutnya sedikit buncit, orang-orang biasa menyebutnya si Buncit. Entah apa yang dikatakan Visil pada si Buncit yang jelas si Buncit ketakutan, Buncit pun lari terkacir-kacir, Buncit pun lekas pulang ke rumah sambil dihantui rasa takut.
Setelah sampai rumah, Buncit istirahat sejenak sambil memutar otaknya, setelah sepuluh detik istirahat, lalu Buncit membuka pintu dan dia langsung memasuki kamar untuk mengubur rasa takutnya, Buncit berpikir sambil menyebut nama Tuhan yang disenandungkan pada saat terpuruk saja. Buncit berkata “apa salahku"? Sampai-sampai makhluk aneh itu menghampiri saya dan mengancam akan masuk ke tubuh saya melewati lubang pembuangan kotoran.” Siapa yang tidak takut bila makhluk aneh itu memasuki tubuh manusia. Aku tak lelah-lelah berpikir apa salahku? Apa aku membuang sperma sembarangan yang tidak pada tempatnya, ah bukan itu, oh mungkin aku meludah di barisan anak jalanan, ah aku pikir bukan juga, lalu apa ya! Ah sudahlah lebih baik aku tidur dan berdoa pada Tuhan. Tuhan maaf aku tidak bisa berdoa lalu apa yang harus aku lakukan? Visil tertawa terbahak-bahak sambil mengeluarkan bau-bau yang tak enak. Buncit pun memejamkan mata dan tubuhnya ditutupi selimbut-selimbut ketakutan. Lama terlelap dan berlindung di kegelapan Buncit terbangun, waduh apa yang sedang terjadi pada tubuhku ini badan terasa meriang dan dipenuhi benjolan yang mengeluarkan bau-bau yang tak enak, lalu aku bergegas menuju kamar mandi karena aku ingin buang air, saat aku membuang ai venisku sakit dan air kencingku bernanah yang dihiasi darah merah yang menakutkan. Setelah buncit Buang air, Buncit pun kembali berbaring di tempat tidur yang sudah dipenuhi tetesan darah yang keluar dari benjolan-benjolan di tubuhnya. Buncit pun masih berpikir tentang jiwa-jiwa yang terancam, ia berkata “penyakitku ini pasti akan sembuh karena aku pengusaha yang mempunyai uang banyak, uangku tak akan habis sampai dunia ini berantakan dan aku tidak usah berdoa pada Tuhan karena Tuhan tidak memberi tahu doa yang aku minta. Visil pun semakin mencela dan membantai orang-orang yang seperti si Buncit. Sekitar pukul satu dini hari penyakit si Buncit semakin parah dan Buncit pun menyadari bahwa Tuhanlah yang mengatur segalanya manusia hanya merencana. Aku menyesal menyia-nyiakan hidupku yang telah menyakiti anak jalanan, fakir miskin, penduduk yang telah keracunan akibat limbah pabrik alat pengaman bersetubuh dan aku merasa berdosa pada masyarakat karena aku memasang ikalan yang tak bermoral yang bertulisakan “pakailah kondom sebelum berhubungan badan.” Iklan itu terpangpang di reklame pinggir jalan raya di tiap kota seluruh Indonesia dan aku merasa berdosa pada istriku yang telah aku nikahi selama satu bulan, di waktu satu bulan itu aku hanya menghabiskan waktu dua hari dengannya, karena aku terpisah jarak dan waktu, sisanya aku menghabiskan waktu dengan wanita yang dapat dibeli dengan uang.
Kini aku hanya bisa bertobat di detik-detik kematian dan aku menyadari satu hal lagi. “ Dunia diciptakan untuk ditinggalkan.” Lama kemudin Buncit menghembuskan nafas terakhirnya dengan wujud tak masuk akal, tapi semua itu dogma.
Dini hari itu orang-orang paranoid, melihat mayat yang bergeletakan di mana-mana yang tubuhnya dipenuhi benjolan nan dilumuri nanah dan mengeluarkan bau-bau kotoran limbah. Tiba-tiba penduduk yang sedang menyaksikan kematian masal itu terkejut dengan sosok yang berjubah putih dan berjenggot panjang yang berkata “bukan tidak mungkin virus seperti itu akan bangkit kapan saja membantai orang-orang seperti itu. Karena Tuhan bisa berbuat apa saja kepada hambanya.”