Kamis, 17 November 2011

Warung Pak Oco

Kududuk di kursi seusia kakek yang tak pernah kukenali wajahnya:dari ayahku yang sudah tiada.Tempat ini pernah membuat tersenyum manis,terbahak pahit.Ditemani sebatang yang kubenci tapi kunikmati dan pak Agus si kumis lebat yang berdialog tentang cuaca dan eksekusi terhadap nyamuk.
Kendati asapku hampir habis dan kulirik pk Oco si badan kuat tapi sedikit bungkuk yang tiap malam tak pernah memakai jaket walau cuaca mengajaknya untuk bertarung, sedang menggaruk kepala dan terdengar suara aneh yang keluar dari...."sensor"....wow merdu tapi mengganggu...Bersambung....

Minggu, 02 Januari 2011

Antologi Puisi

Malan di Lengkung Bulan

Bulan….

Senyummu manis

Menggetarkan raga

Menusuk sukma

Membelai jiwa


Bulan….

Senyummu membias

Hilang ditelan gelap

Dan matahari pun terlelap

Meneguk malan patahkan sayap

Mei 09

Kukecup keningmu saat kaumeninggalkanku dan kumelihat serupa cairan yang menetes di pipimu. Entah apa maknanya?



Sepotong Hati


Sebulan aku tertunduk dalam dua arti yang menamparku dalam proses kekebalan jiwa

Sepotong hatiku kumuntahkan lewat sesat yang bergejolak menjebak roh-roh menyibak letak ulu hati


Kue kuning itu tergoda dengan senyumman menawan sinar bulan nan membuat awan menjadi hitam

Dedariku menangis meringis bertanya tentang awan yang hitam kelam mencekam


Awan dilema menerima dua arti asmaradahana dan aku bertanya: Langit kelam atau awan? Tapi bulan meleburkan kepastian menjadi hujan yang tak kunjung usai


Jenazah Cinta


Kauseret aku dengan peti jenazah yang dipenuhi raflesia

Kaumeludah di atas pemakamanku ditaburi nyanyian iblis

Wujudmu terlintas di balik tirai menjelma menjadi bingkai tak bergambar


Di padang malan aku dibaluri hamparan pasir berduri

Kautenggelamkan semesta dengan pesta sesat melesat bagai pesawat hilang arah

Kegetiran merambah di relung jiwa menyita segala nirwana dunia


Di alam runyam aku merayap bagai kadal pincang terpasung di goa tak berkelelawar

Otak terpatok mentok tak mampu meraba jiwa penuh warna

Aku harus bangkit dari sakit jiwa yang menyayat lara

karena masih banyak bumi yang belum aku pijak



ANTARA TASIK DAN LEUWISARI



Ku di hampar sepi kian hari ku menyendiri

mengerti tapi tak dipahami

ku sangat jauh menebar nyawa yang tak pasti

aku takut membawaku jauh menghalang duniawi

aku sendiri tiada arti menunggu peri yang bermimpi

maafkan aku Tuhan aku tak terperajat langkah lelahku lunglaikan kaki ini…


sepimu bisa kuhancurkan saat kala memberi isyarat

pada langit yang menampakan gurat keemasannya

gelap gulitamu bisa ku terangkan saat jiwamu memberi getaran

pada lentera yang membawamu ke dalam pelukan sang pemimpi

Tuhan bawalah para sang pemimpi ke dalam telaga surgaMu.......



benarkan itu aku ingin mengapainya

jikalau ku bisa pasti beri isyarat tapi kau telah punya sang mimpi

aku takut kau terbawa gelapku tapi lenteramu yang selalu ingin kurengkuh

walau pun jauh mengembara di sejuk angin


itu bukan gelap tapi terang bagiku.

Sekarang mimpi itu telah hangus menjadi abu

Sekarang sang pemimpi menunggu kabar dari bulan

apakah masih mendekap dalam cerita masa lalu????


Ya ini kah cerita bulan masih membelenggu tanpa ketegaran

aku ingin mengabarimu tapi ku takut ku menuang tanya yang mendalam

ku masIh terisak dalam hati yang membingung

tegur aku kala larut pada bimbang yang bergelimbang

sesungguhnya ku mengalun dalam pepatahmu yang tak akan ku hapus begitu saja

maafkan ku tak kuasa bercerita tentang duniaku.....



TITIK TEMU

MANUSIA INGIN MENEMBUS AWAN UNTUK MELEWATI CAKRAWALA YANG TAK SAMA SEKALI TAK DIBERI NYAWA UNTUK MEMENUHI KEINGINNANYA
SEMUANYA HILANG, KANDAS SAAT MALAIKAT MERAYUNYA UNTUK MENGHENTIKAN ANGAN-ANGAN YANG GILA ITU....KINI HALIKAR PERGI KE SEBUAH KOTA YANG TERLUPAKAN UNTUK MELENYAPKAN RASA KECEWANYA.



ANTARA TASIK DAN SBY

Matamu bidik hatiku walau atmosfir sedikit menghalagi, namun kau tembuskan cahaya firdaus menghujam kalbuku yang membelai jiwa.. Akan kusimpan suaramu d etalase ruang hatiku..



Lembayung di Atas Galunggung



Aku menusukmu dengan pedang dan tombak

Saat keagunganmu menjelma menjadi emas


Aku mendengar ranting-ranting telah hilang

Dan akan mati dengan kelelahan


Ada yang berbisik padaku bahwa langit

Enggan bersahabat dengan bukit


Aku mendengar tangis meringis

Suara yang berbisik di telinga batinku


Namun kau tetap tertawa

Dengan sejuta rasa duka nan melanda panorama



Bunga Tidur

Pejamkan matamu

Biarkan gelap mengubur kelelahanmu

Yang akan membawamu mengarungi mimpi-mimpi indah


Dan saat kaubuka matamu

Mentari akan menyambut harimu

Dengan warna-warni ke elokan duniawi



Mo no log Ha ti


Tuhan bila setangkai bunga matahari takdirku

Dekatkanlah dia dengan baik


Tuhan bila setangkai bunga adenium bukan takdirku

Jauhkanlah dia dengan baik



Zzzz


Wujudmu mengoda seperti piramida

Menarik hamparan pepasir mesir


Wangimu semerbak laksana madu

Mengundang kumbang


Rasamu bak api menemani malam dingin melanda dinding lidah

Menggoyang segala pejuru lidah

Dan malam ini aku ingin bercumbu denganmu



Munajat


Tuhan tak henti-hentinya

Aku memenjatkan pujian-pujian

PadaMu

Berikanlah pendamping hidup

Yang mengerti hidupku


Jika tubuhku beracun

Dia punya penawarnya

Jika aku tersesat

Dia punya petanya

Jika aku menuju lorong yang gelap

Dia punya lenteranya


Dan jika aku mati

Dia yang menaburi bunga dan doa

Di atas pemakamanku


00.02

Kausiram aku dengan telantar

Menggetar hati meluluhlantakan meresap ke dalam sanubari

Kau tampak memutih saat oralmu bernyanyi

Dengan tembang baru yang menjamu tamu buram

Telinga batinku menggerutu terganggu

Dengan kebisingan kucing dan anjing melengking di dinding langit


Heran kau tak membanggakan bumi nan menyelami hati berumur empat

Kaumalah cambuk aku dengan wajah yang menyerupai iblis

Prihal yang kulakukan semata untuk dunia membuka mata

Bahwa kau milikiku…namun tak sama sekali kau menorehnya



Di balik nyata kumenangis debu mengalir laksana magma.00.02



Syarat


Dimana kemana ternyata di sana

Hee…heee…

Salah satu dalam syarat disana

Hee…heee…

Kemana yang di sana kemana ternyata

Syarat yang nyata ternyata


DI SUDUT MATA HATI



Ku tak bisa berkata lagi karena kataku sudah mati

Saat malam duduk di bulan menanti mentari pagi

Idiom-idiom tak ada lagi

Hanya kata tanpa makana

Yang muncul saat geliat hati mengikat jerit terbungkam


Seribu Pohon Tumbang


Hari ini cuaca buruk

Tersapu angin mabuk


Hari ini hujan deras

Melemas oleh hati keras


Hari ini badai datang

Menghantam daun-daun kering


Hari ini kau datang dengan membawa seribu duri

Yang kauhujamkan di dada anak-anak adam


Dan kau tumbangkan

Seribu pohon yang pernah kaurasakan batangnya


TAK MUDAH UNTUKKU

Lantunan kata tak mampu menembus atmosfir kunci hati

Terbelenggu sudah oleh dawai cintanya

Kini aku tak mampu melangkah seperti dulu


Kala terus berganti dan aku tetap diam tanpa bergeser dari kesunyian

Tak mudah bagiku untuk mengubur tentang kita

Walau batu nisan telah diletakan, namun dalam kenangan itu terdapat susuk yang tak sempat dibuang [14-02-09]


Akan Kusulam Kemaluanmu


Tak usah malu

Tak usah ragu

Tak usah menggerutu

Ungkapkanlah maumu

Biar kurajut kemaluanmu saat bulan dan matahari bersetubuh

[14-02-09] “sehela nafas menyapu masa lalu”


Rani

Berjuta cinta telah mengalir di jiwaku

Mengisi inspirasi dalam setiap detik

Kau yang memberi udara dalam hidupku

Kau yang menerangi jalan gelap dan berliku


Betapa eloknya enggkau

Betap cantiknya engkau

Betapa menyejukan senandung fajarmu

Dan betapa merdu pujian pada senjamu


Engkau adalah keheningan sempurna

Mengungkapkan rahasia jiwa-jiwa

Yang tersandar di surga

Interval Kunci Hati

Kutub utara dan kutub selatan
Itulah lukisan mendesah saat lengkung bulan mulai nampak di telapak bumi

Langit dan bumi
Itulah nyanyian tak berirama
Saat bulan tertutup derai-derai awan merah

Sabang dan Merauke
Itulah kisah mendesah
Saat bulan tenggelam dirangkup fajar

Api dan air
Itulah kisah meringis
Saat bulan patahkan cahanya surga

Hujan dimusim kemarau
Itulah kisah mengiris
Saat bulan menyiram bumi yang sedang termangu di hamparan batang euporbia
Bumi meringis kembali saat bulan hilang dilelang bintang

Estimasi

Amarah merambah ke dalam lembah yang lemah
Jenuh mengeluh mengetuk letak lengking hati tak ramah

Kau bukan lipatan hati yang pernah ada
Dunia berteriak bukan karena hari ini
Bumi mengeluh bukan karena lelah

Dunia berbeda karena hatimu tertutup awan tanpa nama
Ya. Bukan karena hari ini tapi jauh sebelum kesempurnaan hidup itu dimulai
Kau siapa?
Hanya kau yang tahu!!!!

Tak Terbaca

Sepertinya kepastianmu telah aku dapatkan dan kesungguhanku akan hancur
Bila kemaluanmu tumbuh di setiap pepohonan yang masih kerdil
Ketika kaumeludah di altar cintaku, apa yang ada di jiwamu saat itu....??
Bila saja ketidakwarsanmu terus tumbuh menembus cakrawala sandiwara dunia akan runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis

Masih Kau yang di Barat

Menapaki bumi
Dengan satu kaki....
Seolah bumi terhenti....
Bejuta kebingungan hati
Melanda dan tak dapat kudaki....
Hanya anak bukit itu yang bisa jadi penawarnya.....

Hitam
Ketakmenentuan hati memburamkan ubun-ubun dimanakah letak sadar
Semoga malam ini malam yang tragis untuk keterpurukan arah lemah

Tarik, Bedol, Dudut.........Ulur

Mengarungi tebing hati perempuan ini tak mudah untuk toke yang baru sembuh dari tusukan duri
Kau bak anak yang menerbangkan layangan bergambar hati abstrak menarik ulur bahasa estetika bercinta
Dan kau akan mati dengan kebodohanmu yang telah membuang nyawaku dari tubuhmu yang mulus

Tanya Hatimu.
.

Kapan bisa dekat dengan apa yang kucintai?
Kapan bisa menghargai apa yang kumiliki?
Kapan bisa meluangkan waktu untuk apa yang kusayangi?

Rasanya aku sudah dekat dengan apa yang kau cintai!!
Rasaya aku sudah menghargai apa yang kau miliki!!
Rasanya aku sudah meluangkan waktu untuk apa yang kau sayangi!!
Tanya hatimu

Menunggu Hujan
Menunggu hujan yang tak kunjung menyirami bunga matahari
Mungkin hujan itu tertidur dalam hamparan awan yang menjdikannya tak mencium tanah dan gerahlah yang bumiku??

Bukan Karma

LANGIT SENJA DI ATAS LAUT AKAN MEMBUNUHMU DENGAN KERANCUAN BAHASA PERASAAN YANG MENGGOCANG-GONCANG SANUBARI BUMI DI LENGKING RANTING NAN MALANG

KAUPERMPUAN YANG TELAH TEMBUSKAN PUSAKAMU MENEMBUS BENTENG HATIKU MELAJU BESAMA NAFAS RINDU YANG MEMBAHANA