Kududuk di kursi seusia kakek yang tak pernah kukenali wajahnya:dari ayahku yang sudah tiada.Tempat ini pernah membuat tersenyum manis,terbahak pahit.Ditemani sebatang yang kubenci tapi kunikmati dan pak Agus si kumis lebat yang berdialog tentang cuaca dan eksekusi terhadap nyamuk.
Kendati asapku hampir habis dan kulirik pk Oco si badan kuat tapi sedikit bungkuk yang tiap malam tak pernah memakai jaket walau cuaca mengajaknya untuk bertarung, sedang menggaruk kepala dan terdengar suara aneh yang keluar dari...."sensor"....wow merdu tapi mengganggu...Bersambung....
Kamis, 17 November 2011
Minggu, 02 Januari 2011
Antologi Puisi
Malan di Lengkung Bulan
Bulan….
Senyummu manis
Menggetarkan raga
Menusuk sukma
Membelai jiwa
Bulan….
Senyummu membias
Hilang ditelan gelap
Dan matahari pun terlelap
Meneguk malan patahkan sayap
Mei 09
Kukecup keningmu saat kaumeninggalkanku dan kumelihat serupa cairan yang menetes di pipimu. Entah apa maknanya?
Sepotong Hati
Sebulan aku tertunduk dalam dua arti yang menamparku dalam proses kekebalan jiwa
Sepotong hatiku kumuntahkan lewat sesat yang bergejolak menjebak roh-roh menyibak letak ulu hati
Kue kuning itu tergoda dengan senyumman menawan sinar bulan nan membuat awan menjadi hitam
Dedariku menangis meringis bertanya tentang awan yang hitam kelam mencekam
Awan dilema menerima dua arti asmaradahana dan aku bertanya: Langit kelam atau awan? Tapi bulan meleburkan kepastian menjadi hujan yang tak kunjung usai
Jenazah Cinta
Kauseret aku dengan peti jenazah yang dipenuhi raflesia
Kaumeludah di atas pemakamanku ditaburi nyanyian iblis
Wujudmu terlintas di balik tirai menjelma menjadi bingkai tak bergambar
Di padang malan aku dibaluri hamparan pasir berduri
Kautenggelamkan semesta dengan pesta sesat melesat bagai pesawat hilang arah
Kegetiran merambah di relung jiwa menyita segala nirwana dunia
Di alam runyam aku merayap bagai kadal pincang terpasung di goa tak berkelelawar
Otak terpatok mentok tak mampu meraba jiwa penuh warna
Aku harus bangkit dari sakit jiwa yang menyayat lara
karena masih banyak bumi yang belum aku pijak
ANTARA TASIK DAN LEUWISARI
Ku di hampar sepi kian hari ku menyendiri
mengerti tapi tak dipahami
ku sangat jauh menebar nyawa yang tak pasti
aku takut membawaku jauh menghalang duniawi
aku sendiri tiada arti menunggu peri yang bermimpi
maafkan aku Tuhan aku tak terperajat langkah lelahku lunglaikan kaki ini…
sepimu bisa kuhancurkan saat kala memberi isyarat
pada langit yang menampakan gurat keemasannya
gelap gulitamu bisa ku terangkan saat jiwamu memberi getaran
pada lentera yang membawamu ke dalam pelukan sang pemimpi
Tuhan bawalah para sang pemimpi ke dalam telaga surgaMu.......
benarkan itu aku ingin mengapainya
jikalau ku bisa pasti beri isyarat tapi kau telah punya sang mimpi
aku takut kau terbawa gelapku tapi lenteramu yang selalu ingin kurengkuh
walau pun jauh mengembara di sejuk angin
itu bukan gelap tapi terang bagiku.
Sekarang mimpi itu telah hangus menjadi abu
Sekarang sang pemimpi menunggu kabar dari bulan
apakah masih mendekap dalam cerita masa lalu????
Ya ini kah cerita bulan masih membelenggu tanpa ketegaran
aku ingin mengabarimu tapi ku takut ku menuang tanya yang mendalam
ku masIh terisak dalam hati yang membingung
tegur aku kala larut pada bimbang yang bergelimbang
sesungguhnya ku mengalun dalam pepatahmu yang tak akan ku hapus begitu saja
maafkan ku tak kuasa bercerita tentang duniaku.....
TITIK TEMU
MANUSIA INGIN MENEMBUS AWAN UNTUK MELEWATI CAKRAWALA YANG TAK SAMA SEKALI TAK DIBERI NYAWA UNTUK MEMENUHI KEINGINNANYA
SEMUANYA HILANG, KANDAS SAAT MALAIKAT MERAYUNYA UNTUK MENGHENTIKAN ANGAN-ANGAN YANG GILA ITU....KINI HALIKAR PERGI KE SEBUAH KOTA YANG TERLUPAKAN UNTUK MELENYAPKAN RASA KECEWANYA.
ANTARA TASIK DAN SBY
Matamu bidik hatiku walau atmosfir sedikit menghalagi, namun kau tembuskan cahaya firdaus menghujam kalbuku yang membelai jiwa.. Akan kusimpan suaramu d etalase ruang hatiku..
Lembayung di Atas Galunggung
Aku menusukmu dengan pedang dan tombak
Saat keagunganmu menjelma menjadi emas
Aku mendengar ranting-ranting telah hilang
Dan akan mati dengan kelelahan
Ada yang berbisik padaku bahwa langit
Enggan bersahabat dengan bukit
Aku mendengar tangis meringis
Suara yang berbisik di telinga batinku
Namun kau tetap tertawa
Dengan sejuta rasa duka nan melanda panorama
Bunga Tidur
Pejamkan matamu
Biarkan gelap mengubur kelelahanmu
Yang akan membawamu mengarungi mimpi-mimpi indah
Dan saat kaubuka matamu
Mentari akan menyambut harimu
Dengan warna-warni ke elokan duniawi
Mo no log Ha ti
Tuhan bila setangkai bunga matahari takdirku
Dekatkanlah dia dengan baik
Tuhan bila setangkai bunga adenium bukan takdirku
Jauhkanlah dia dengan baik
Zzzz
Wujudmu mengoda seperti piramida
Menarik hamparan pepasir mesir
Wangimu semerbak laksana madu
Mengundang kumbang
Rasamu bak api menemani malam dingin melanda dinding lidah
Menggoyang segala pejuru lidah
Dan malam ini aku ingin bercumbu denganmu
Munajat
Tuhan tak henti-hentinya
Aku memenjatkan pujian-pujian
PadaMu
Berikanlah pendamping hidup
Yang mengerti hidupku
Jika tubuhku beracun
Dia punya penawarnya
Jika aku tersesat
Dia punya petanya
Jika aku menuju lorong yang gelap
Dia punya lenteranya
Dan jika aku mati
Dia yang menaburi bunga dan doa
Di atas pemakamanku
00.02
Kausiram aku dengan telantar
Menggetar hati meluluhlantakan meresap ke dalam sanubari
Kau tampak memutih saat oralmu bernyanyi
Dengan tembang baru yang menjamu tamu buram
Telinga batinku menggerutu terganggu
Dengan kebisingan kucing dan anjing melengking di dinding langit
Heran kau tak membanggakan bumi nan menyelami hati berumur empat
Kaumalah cambuk aku dengan wajah yang menyerupai iblis
Prihal yang kulakukan semata untuk dunia membuka mata
Bahwa kau milikiku…namun tak sama sekali kau menorehnya
Di balik nyata kumenangis debu mengalir laksana magma.00.02
Syarat
Dimana kemana ternyata di sana
Hee…heee…
Salah satu dalam syarat disana
Hee…heee…
Kemana yang di sana kemana ternyata
Syarat yang nyata ternyata
DI SUDUT MATA HATI
Ku tak bisa berkata lagi karena kataku sudah mati
Saat malam duduk di bulan menanti mentari pagi
Idiom-idiom tak ada lagi
Hanya kata tanpa makana
Yang muncul saat geliat hati mengikat jerit terbungkam
Seribu Pohon Tumbang
Hari ini cuaca buruk
Tersapu angin mabuk
Hari ini hujan deras
Melemas oleh hati keras
Hari ini badai datang
Menghantam daun-daun kering
Hari ini kau datang dengan membawa seribu duri
Yang kauhujamkan di dada anak-anak adam
Dan kau tumbangkan
Seribu pohon yang pernah kaurasakan batangnya
TAK MUDAH UNTUKKU
Lantunan kata tak mampu menembus atmosfir kunci hati
Terbelenggu sudah oleh dawai cintanya
Kini aku tak mampu melangkah seperti dulu
Kala terus berganti dan aku tetap diam tanpa bergeser dari kesunyian
Tak mudah bagiku untuk mengubur tentang kita
Walau batu nisan telah diletakan, namun dalam kenangan itu terdapat susuk yang tak sempat dibuang [14-02-09]
Akan Kusulam Kemaluanmu
Tak usah malu
Tak usah ragu
Tak usah menggerutu
Ungkapkanlah maumu
Biar kurajut kemaluanmu saat bulan dan matahari bersetubuh
[14-02-09] “sehela nafas menyapu masa lalu”
Rani
Berjuta cinta telah mengalir di jiwaku
Mengisi inspirasi dalam setiap detik
Kau yang memberi udara dalam hidupku
Kau yang menerangi jalan gelap dan berliku
Betapa eloknya enggkau
Betap cantiknya engkau
Betapa menyejukan senandung fajarmu
Dan betapa merdu pujian pada senjamu
Engkau adalah keheningan sempurna
Mengungkapkan rahasia jiwa-jiwa
Yang tersandar di surga
Interval Kunci Hati
Kutub utara dan kutub selatan
Itulah lukisan mendesah saat lengkung bulan mulai nampak di telapak bumi
Langit dan bumi
Itulah nyanyian tak berirama
Saat bulan tertutup derai-derai awan merah
Sabang dan Merauke
Itulah kisah mendesah
Saat bulan tenggelam dirangkup fajar
Api dan air
Itulah kisah meringis
Saat bulan patahkan cahanya surga
Hujan dimusim kemarau
Itulah kisah mengiris
Saat bulan menyiram bumi yang sedang termangu di hamparan batang euporbia
Bumi meringis kembali saat bulan hilang dilelang bintang
Estimasi
Amarah merambah ke dalam lembah yang lemah
Jenuh mengeluh mengetuk letak lengking hati tak ramah
Kau bukan lipatan hati yang pernah ada
Dunia berteriak bukan karena hari ini
Bumi mengeluh bukan karena lelah
Dunia berbeda karena hatimu tertutup awan tanpa nama
Ya. Bukan karena hari ini tapi jauh sebelum kesempurnaan hidup itu dimulai
Kau siapa?
Hanya kau yang tahu!!!!
Tak Terbaca
Sepertinya kepastianmu telah aku dapatkan dan kesungguhanku akan hancur
Bila kemaluanmu tumbuh di setiap pepohonan yang masih kerdil
Ketika kaumeludah di altar cintaku, apa yang ada di jiwamu saat itu....??
Bila saja ketidakwarsanmu terus tumbuh menembus cakrawala sandiwara dunia akan runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis
Masih Kau yang di Barat
Menapaki bumi
Dengan satu kaki....
Seolah bumi terhenti....
Bejuta kebingungan hati
Melanda dan tak dapat kudaki....
Hanya anak bukit itu yang bisa jadi penawarnya.....
Hitam
Ketakmenentuan hati memburamkan ubun-ubun dimanakah letak sadar
Semoga malam ini malam yang tragis untuk keterpurukan arah lemah
Tarik, Bedol, Dudut.........Ulur
Mengarungi tebing hati perempuan ini tak mudah untuk toke yang baru sembuh dari tusukan duri
Kau bak anak yang menerbangkan layangan bergambar hati abstrak menarik ulur bahasa estetika bercinta
Dan kau akan mati dengan kebodohanmu yang telah membuang nyawaku dari tubuhmu yang mulus
Tanya Hatimu..
Kapan bisa dekat dengan apa yang kucintai?
Kapan bisa menghargai apa yang kumiliki?
Kapan bisa meluangkan waktu untuk apa yang kusayangi?
Rasanya aku sudah dekat dengan apa yang kau cintai!!
Rasaya aku sudah menghargai apa yang kau miliki!!
Rasanya aku sudah meluangkan waktu untuk apa yang kau sayangi!!
Tanya hatimu
Menunggu Hujan
Menunggu hujan yang tak kunjung menyirami bunga matahari
Mungkin hujan itu tertidur dalam hamparan awan yang menjdikannya tak mencium tanah dan gerahlah yang bumiku??
Bukan Karma
LANGIT SENJA DI ATAS LAUT AKAN MEMBUNUHMU DENGAN KERANCUAN BAHASA PERASAAN YANG MENGGOCANG-GONCANG SANUBARI BUMI DI LENGKING RANTING NAN MALANG
KAUPERMPUAN YANG TELAH TEMBUSKAN PUSAKAMU MENEMBUS BENTENG HATIKU MELAJU BESAMA NAFAS RINDU YANG MEMBAHANA
Bulan….
Senyummu manis
Menggetarkan raga
Menusuk sukma
Membelai jiwa
Bulan….
Senyummu membias
Hilang ditelan gelap
Dan matahari pun terlelap
Meneguk malan patahkan sayap
Mei 09
Kukecup keningmu saat kaumeninggalkanku dan kumelihat serupa cairan yang menetes di pipimu. Entah apa maknanya?
Sepotong Hati
Sebulan aku tertunduk dalam dua arti yang menamparku dalam proses kekebalan jiwa
Sepotong hatiku kumuntahkan lewat sesat yang bergejolak menjebak roh-roh menyibak letak ulu hati
Kue kuning itu tergoda dengan senyumman menawan sinar bulan nan membuat awan menjadi hitam
Dedariku menangis meringis bertanya tentang awan yang hitam kelam mencekam
Awan dilema menerima dua arti asmaradahana dan aku bertanya: Langit kelam atau awan? Tapi bulan meleburkan kepastian menjadi hujan yang tak kunjung usai
Jenazah Cinta
Kauseret aku dengan peti jenazah yang dipenuhi raflesia
Kaumeludah di atas pemakamanku ditaburi nyanyian iblis
Wujudmu terlintas di balik tirai menjelma menjadi bingkai tak bergambar
Di padang malan aku dibaluri hamparan pasir berduri
Kautenggelamkan semesta dengan pesta sesat melesat bagai pesawat hilang arah
Kegetiran merambah di relung jiwa menyita segala nirwana dunia
Di alam runyam aku merayap bagai kadal pincang terpasung di goa tak berkelelawar
Otak terpatok mentok tak mampu meraba jiwa penuh warna
Aku harus bangkit dari sakit jiwa yang menyayat lara
karena masih banyak bumi yang belum aku pijak
ANTARA TASIK DAN LEUWISARI
Ku di hampar sepi kian hari ku menyendiri
mengerti tapi tak dipahami
ku sangat jauh menebar nyawa yang tak pasti
aku takut membawaku jauh menghalang duniawi
aku sendiri tiada arti menunggu peri yang bermimpi
maafkan aku Tuhan aku tak terperajat langkah lelahku lunglaikan kaki ini…
sepimu bisa kuhancurkan saat kala memberi isyarat
pada langit yang menampakan gurat keemasannya
gelap gulitamu bisa ku terangkan saat jiwamu memberi getaran
pada lentera yang membawamu ke dalam pelukan sang pemimpi
Tuhan bawalah para sang pemimpi ke dalam telaga surgaMu.......
benarkan itu aku ingin mengapainya
jikalau ku bisa pasti beri isyarat tapi kau telah punya sang mimpi
aku takut kau terbawa gelapku tapi lenteramu yang selalu ingin kurengkuh
walau pun jauh mengembara di sejuk angin
itu bukan gelap tapi terang bagiku.
Sekarang mimpi itu telah hangus menjadi abu
Sekarang sang pemimpi menunggu kabar dari bulan
apakah masih mendekap dalam cerita masa lalu????
Ya ini kah cerita bulan masih membelenggu tanpa ketegaran
aku ingin mengabarimu tapi ku takut ku menuang tanya yang mendalam
ku masIh terisak dalam hati yang membingung
tegur aku kala larut pada bimbang yang bergelimbang
sesungguhnya ku mengalun dalam pepatahmu yang tak akan ku hapus begitu saja
maafkan ku tak kuasa bercerita tentang duniaku.....
TITIK TEMU
MANUSIA INGIN MENEMBUS AWAN UNTUK MELEWATI CAKRAWALA YANG TAK SAMA SEKALI TAK DIBERI NYAWA UNTUK MEMENUHI KEINGINNANYA
SEMUANYA HILANG, KANDAS SAAT MALAIKAT MERAYUNYA UNTUK MENGHENTIKAN ANGAN-ANGAN YANG GILA ITU....KINI HALIKAR PERGI KE SEBUAH KOTA YANG TERLUPAKAN UNTUK MELENYAPKAN RASA KECEWANYA.
ANTARA TASIK DAN SBY
Matamu bidik hatiku walau atmosfir sedikit menghalagi, namun kau tembuskan cahaya firdaus menghujam kalbuku yang membelai jiwa.. Akan kusimpan suaramu d etalase ruang hatiku..
Lembayung di Atas Galunggung
Aku menusukmu dengan pedang dan tombak
Saat keagunganmu menjelma menjadi emas
Aku mendengar ranting-ranting telah hilang
Dan akan mati dengan kelelahan
Ada yang berbisik padaku bahwa langit
Enggan bersahabat dengan bukit
Aku mendengar tangis meringis
Suara yang berbisik di telinga batinku
Namun kau tetap tertawa
Dengan sejuta rasa duka nan melanda panorama
Bunga Tidur
Pejamkan matamu
Biarkan gelap mengubur kelelahanmu
Yang akan membawamu mengarungi mimpi-mimpi indah
Dan saat kaubuka matamu
Mentari akan menyambut harimu
Dengan warna-warni ke elokan duniawi
Mo no log Ha ti
Tuhan bila setangkai bunga matahari takdirku
Dekatkanlah dia dengan baik
Tuhan bila setangkai bunga adenium bukan takdirku
Jauhkanlah dia dengan baik
Zzzz
Wujudmu mengoda seperti piramida
Menarik hamparan pepasir mesir
Wangimu semerbak laksana madu
Mengundang kumbang
Rasamu bak api menemani malam dingin melanda dinding lidah
Menggoyang segala pejuru lidah
Dan malam ini aku ingin bercumbu denganmu
Munajat
Tuhan tak henti-hentinya
Aku memenjatkan pujian-pujian
PadaMu
Berikanlah pendamping hidup
Yang mengerti hidupku
Jika tubuhku beracun
Dia punya penawarnya
Jika aku tersesat
Dia punya petanya
Jika aku menuju lorong yang gelap
Dia punya lenteranya
Dan jika aku mati
Dia yang menaburi bunga dan doa
Di atas pemakamanku
00.02
Kausiram aku dengan telantar
Menggetar hati meluluhlantakan meresap ke dalam sanubari
Kau tampak memutih saat oralmu bernyanyi
Dengan tembang baru yang menjamu tamu buram
Telinga batinku menggerutu terganggu
Dengan kebisingan kucing dan anjing melengking di dinding langit
Heran kau tak membanggakan bumi nan menyelami hati berumur empat
Kaumalah cambuk aku dengan wajah yang menyerupai iblis
Prihal yang kulakukan semata untuk dunia membuka mata
Bahwa kau milikiku…namun tak sama sekali kau menorehnya
Di balik nyata kumenangis debu mengalir laksana magma.00.02
Syarat
Dimana kemana ternyata di sana
Hee…heee…
Salah satu dalam syarat disana
Hee…heee…
Kemana yang di sana kemana ternyata
Syarat yang nyata ternyata
DI SUDUT MATA HATI
Ku tak bisa berkata lagi karena kataku sudah mati
Saat malam duduk di bulan menanti mentari pagi
Idiom-idiom tak ada lagi
Hanya kata tanpa makana
Yang muncul saat geliat hati mengikat jerit terbungkam
Seribu Pohon Tumbang
Hari ini cuaca buruk
Tersapu angin mabuk
Hari ini hujan deras
Melemas oleh hati keras
Hari ini badai datang
Menghantam daun-daun kering
Hari ini kau datang dengan membawa seribu duri
Yang kauhujamkan di dada anak-anak adam
Dan kau tumbangkan
Seribu pohon yang pernah kaurasakan batangnya
TAK MUDAH UNTUKKU
Lantunan kata tak mampu menembus atmosfir kunci hati
Terbelenggu sudah oleh dawai cintanya
Kini aku tak mampu melangkah seperti dulu
Kala terus berganti dan aku tetap diam tanpa bergeser dari kesunyian
Tak mudah bagiku untuk mengubur tentang kita
Walau batu nisan telah diletakan, namun dalam kenangan itu terdapat susuk yang tak sempat dibuang [14-02-09]
Akan Kusulam Kemaluanmu
Tak usah malu
Tak usah ragu
Tak usah menggerutu
Ungkapkanlah maumu
Biar kurajut kemaluanmu saat bulan dan matahari bersetubuh
[14-02-09] “sehela nafas menyapu masa lalu”
Rani
Berjuta cinta telah mengalir di jiwaku
Mengisi inspirasi dalam setiap detik
Kau yang memberi udara dalam hidupku
Kau yang menerangi jalan gelap dan berliku
Betapa eloknya enggkau
Betap cantiknya engkau
Betapa menyejukan senandung fajarmu
Dan betapa merdu pujian pada senjamu
Engkau adalah keheningan sempurna
Mengungkapkan rahasia jiwa-jiwa
Yang tersandar di surga
Interval Kunci Hati
Kutub utara dan kutub selatan
Itulah lukisan mendesah saat lengkung bulan mulai nampak di telapak bumi
Langit dan bumi
Itulah nyanyian tak berirama
Saat bulan tertutup derai-derai awan merah
Sabang dan Merauke
Itulah kisah mendesah
Saat bulan tenggelam dirangkup fajar
Api dan air
Itulah kisah meringis
Saat bulan patahkan cahanya surga
Hujan dimusim kemarau
Itulah kisah mengiris
Saat bulan menyiram bumi yang sedang termangu di hamparan batang euporbia
Bumi meringis kembali saat bulan hilang dilelang bintang
Estimasi
Amarah merambah ke dalam lembah yang lemah
Jenuh mengeluh mengetuk letak lengking hati tak ramah
Kau bukan lipatan hati yang pernah ada
Dunia berteriak bukan karena hari ini
Bumi mengeluh bukan karena lelah
Dunia berbeda karena hatimu tertutup awan tanpa nama
Ya. Bukan karena hari ini tapi jauh sebelum kesempurnaan hidup itu dimulai
Kau siapa?
Hanya kau yang tahu!!!!
Tak Terbaca
Sepertinya kepastianmu telah aku dapatkan dan kesungguhanku akan hancur
Bila kemaluanmu tumbuh di setiap pepohonan yang masih kerdil
Ketika kaumeludah di altar cintaku, apa yang ada di jiwamu saat itu....??
Bila saja ketidakwarsanmu terus tumbuh menembus cakrawala sandiwara dunia akan runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis
Masih Kau yang di Barat
Menapaki bumi
Dengan satu kaki....
Seolah bumi terhenti....
Bejuta kebingungan hati
Melanda dan tak dapat kudaki....
Hanya anak bukit itu yang bisa jadi penawarnya.....
Hitam
Ketakmenentuan hati memburamkan ubun-ubun dimanakah letak sadar
Semoga malam ini malam yang tragis untuk keterpurukan arah lemah
Tarik, Bedol, Dudut.........Ulur
Mengarungi tebing hati perempuan ini tak mudah untuk toke yang baru sembuh dari tusukan duri
Kau bak anak yang menerbangkan layangan bergambar hati abstrak menarik ulur bahasa estetika bercinta
Dan kau akan mati dengan kebodohanmu yang telah membuang nyawaku dari tubuhmu yang mulus
Tanya Hatimu..
Kapan bisa dekat dengan apa yang kucintai?
Kapan bisa menghargai apa yang kumiliki?
Kapan bisa meluangkan waktu untuk apa yang kusayangi?
Rasanya aku sudah dekat dengan apa yang kau cintai!!
Rasaya aku sudah menghargai apa yang kau miliki!!
Rasanya aku sudah meluangkan waktu untuk apa yang kau sayangi!!
Tanya hatimu
Menunggu Hujan
Menunggu hujan yang tak kunjung menyirami bunga matahari
Mungkin hujan itu tertidur dalam hamparan awan yang menjdikannya tak mencium tanah dan gerahlah yang bumiku??
Bukan Karma
LANGIT SENJA DI ATAS LAUT AKAN MEMBUNUHMU DENGAN KERANCUAN BAHASA PERASAAN YANG MENGGOCANG-GONCANG SANUBARI BUMI DI LENGKING RANTING NAN MALANG
KAUPERMPUAN YANG TELAH TEMBUSKAN PUSAKAMU MENEMBUS BENTENG HATIKU MELAJU BESAMA NAFAS RINDU YANG MEMBAHANA
Langganan:
Postingan (Atom)